Warga kota Bandung menaruh harapan
besar pada Walikotanya, Ridwan Kamil, untuk mewujudkan kota yang
makin tertata, nyaman dan menarik. Bandung yang sudah dikenal sebagai
kota kreatif, kota wisata, kota mode, dan juga kota pendidikan akan
makin berkembang. Ridwan Kamil, yang telah dipilih warganya sebagai
walikota memiliki potensi untuk mewujudkan itu. Dengan latar belakang
pendidikan di bidang arsitektur, Ridwal diharapkan dapat menata kota
ini makin artistik dan ramah lingkungan. Ridwan Kamil menyelesaikan
pendidikannya di bidang arsitektur di univeristas terkemuka,
Institut Teknologi Bandung. Pendidikan S-2 (post graduate) di
University of California, Amerika Serikat di bidang tata kota.
Rumah Botol
Ridwan Kamil juga dikenal sebagai
arsitek kelas dunia, merancang berbagai bangunan di banyak negara.
Arsitektur karya Ridwan Kamil senantiasa unik. Misalnya saja,
ventilasi rumahnya, ia banguan dengan bahan botol bekas minuman
sebanyak 30 ribu botol. Ia ingin menunjukkan bahwa sampah juga dapat
diolah menjadi karya yang indah.
Masjid Al-Irsyad
yang dirancangnya di Kotabaru
Parahyangan, Bandung Barat, dikukuhkan Top 5 Best Building of The
Year 2010 oleh ArchDaily, dan menjadi satu dari 25 masjid terindah di
dunia versi Complex Magazine. Ridwan Kamil menjadi satu dari
dua orang (yang satunya adalah Walikota Barcelona) yang mendapat
penghargaan “Urban Leadership Award” dari Universitas
Pennsylvania. Dalam waktu 9 tahun terakhir, Ridwan Kamil telah meraih
35 penghargaan.
Dengan pengalaman dan kemampuan seperti
itulah warga Bandung menaruh harapan besar kepadanya. Ridwan Kamil
yang usianya masih relatif muda, lahir di Bandung 4 Oktober 1971,
diharapkan memiliki berbagai ide kreatif dan inovatif dalam membangun
kota. Dalam mewujudkan impiannya, mewujudkan Bandung sebagai kota
kreatif, nyaman dan ramah lingkungan, Ridwan mengajak segenap warga
kota untuk berpartisipasi. Karena dengan itulah impian itu dapat
diwujudkan. Sebagaimana prinsipnya: hidup adalah udunan (kolaborasi).
Museum Tsunami
Aceh
Sempit itu gelap
gulita. Di sisi kiri dan kanannya ada air terjun yang mengeluarkan
suara gemuruh air, kadang memercik pelan, kadang bergemuruh kencang.
Sesaat suara-suara itu mengingatkan kembali pada kejadian tsunami 26
Januari 2004 yang melanda Banda Aceh dan sekitarnya. Itulah suasana
yang menyambut kita saat memasuki "Rumoh Aceh Escape Hill",
bangunan monumental berbentuk epicenter
gelombang laut, Museum Tsunami Aceh, yang baru saja dibuka oleh
Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Senin
(10/05/2011) lalu.
M Ridwan Kamil, sang
arsitek museum merancang ruang tersebut untuk mengingatkan kita pada
suasana tsunami, sebelum kita memasuki ruang-ruang selanjutnya yang
juga sarat dengan makna. Kita pun dibawa pada sebuah perenungan lebih
dalam melalui ruang The light of God. Ini adalah sebuah ruang
berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya ke atas sebuah
lubang dengan tulisan arab “Allah” dengan dinding sumur dipenuhi
nama para korban. Ruangan yang mengandung nilai-nilai religi cerminan
dari Hablumminallah
(konsep hubungan manusia dan Allah).
Tampilan interior
Museum Tsunami Aceh ini merupakan tunnel
of sorrow yang
menggiring ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita
warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan
kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.
"Rumoh Aceh
Escape Building" yang dibangun di atas areal 10.000 meter
persegi ini mengambil ide dasar Rumoh Aceh, rumah tradisional orang
Aceh yang merupakan rumah panggung. Lantai pertama museum merupakan
ruang terbuka sebagaimana rumah tradisional Aceh, disebut sebagai
escape
hill, sebuah taman
berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi
lokasi penyelamatan seandainya terjadi banjir atau tsunami di masa
yang akan datang. Tempat ini disebut juga the
hill of light, karena
di tempat yang dipenuhi tiang tersebut pengunjung juga
dapat meletakkan karangan bunga mengenang korban tsunami 7 tahun
silam.
Tak hanya itu, unsur tradisional lainnya
diterjemahkan dalam eksterior bangunan museum. Tarian Saman sebagai
cerminan Hablumminannas
(konsep hubungan antar manusia dalam Islam) didistilasi ke dalam pola
fasade bangunan.
Desain "Rumoh
Aceh Escape Hill" karya M Ridwan Kamil ini memenangkan sayembara
lomba desain museum tsunami Aceh tahun 2007 lalu, menyisihkan 68
desain lainnya. M Ridwan Kamil adalah dosen Arsitektur ITB dan ketua
Bandung
Creative City Forum.
Bersama Urbane (Urban Evolution) sebagai jasa konsultan perencanaan,
arsitektur dan desain yang dia dirikan pada tahun 2004, Ridwan Kamil
yang akrab disapa Emil banyak menghasilkan karya arsitektur di
berbagai negara seperti di Singapura, Thailand, Bahrain, Cina,
Vietnam, Uni Emirat Arab dan tentu saja di Indonesia.
Beberapa contoh
proyek yang ditangani Emil diantaranya seperti Marina
Bay Waterfront Master di
Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di
Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, juga District 1
Saigon South Residential Master Plan di Saigon. Sementara di Cina ada
Shao Xing Waterfront Masterplan, Beijing CBD Master Plan, dan
Guangzhou Science City Master Plan.
(Sumber : Internet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar