ART DECO merupakan gaya eklektik yang mencampurkan berbagai langgam dalam satu
bangunan. Ada juga pendapat yang saling bertentangan, yaitu art deco
merupakan kelanjutan dari art nouveau, dan hadir sebagai reaksi
terhadap art nouveau.
Art
deco merupakan salah satu gaya arsitektur yang bisa Anda gunakan
untuk mendesain interior hunian agar terlihat indah. Dengan nuansa
khas arsitektur kolonial ini, maka ruang tamu akan tampil dengan
kesan historis yang tentunya menarik.Untuk memberi sentuhan art deco,
terapkan kombinasi warna-warna kalem.
Art
Deco
adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir
sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang,
misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian,
perhiasan dan lain-lain dari 1920 hingga 1939[1],
yang memengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur,
desain
interior,
dan desain
industri,
maupun seni
visual
seperti misalnya fesyen,
lukisan,
seni
grafis,
dan film.
Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari berbagai
gaya dan gerakan pada awal abad
ke-20,
termasuk Konstruksionisme,
Kubisme,
Modernisme,
Bauhaus,
Art
Nouveau,
dan Futurisme.
Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak gerakan desain
mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni
bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun,
fungsional, dan ultra modern.
SEJARAH ARSITEKTUR ART DECO
Art
Deco di Indonesia
Pengaruh
Art Deco di Indonesia dibawa oleh arsitek-arsitek Belanda, salah satu
diantara mereka adalah C.P. Wolff Schoemaker dan A.F. Aalbers. Hotel
Preanger Bandung rancangan Schoemaker merupakan arsitektur berlanggam
Art Deco dengan ciri khasnya elemen dekoratif geometris pada dinding
eksteriornya. Selanjutnya perkembangan arsitektur Art Deco di
Indonesia tampil lebih sederhana, mereka lebih mengutamakan pola
garis-garis lengkung dan bentuk silinder, contoh konkret dari konsep
ini adalah Vila Isola Bandung (sekarang gedung IKIP), juga rancangan
Schoemaker. Kesederhanaan bentuk belumlah mewakili semua konsep
arsitektur Art Deco ini karena kedinamisan ruang interior dapat
dilihat dalam lay out bangunannya.
Arsitektur
memang menggambarkan kehidupan jaman itu. Pengaruh aliran De Stijl
dari Belanda yang menyuguhkan konsep arsitektural “kembali ke
bentuk yang sederhana” dan pengkomposisian bentuk-bentuk sederhana
menghasilkan pencahayaan dan bayangan yang menarik Aliran ini pula
yang banyak mempengaruhi penganut arsitektur Art Deco di Indonesia
Perkembangan
Art Deco akhir di Indonesia mengacu pada kedinamisan dan bentuk
plastis yang kelenturan fasadenya merupakan pengejawantahan dari
kemoderenan teknologi arsitektural. Contoh fasade yang dinamis salah
satunya adalah fasade hotel Savoy Homann Bandung yang dirancang oleh
A.F. Aalbers.
Lengkungan
yang ditampilkan itu merupakan ekspresi gerak, teknologi modern dan
rasa optimisme. Orang-orang sering menjuluki lengkungan itu dengan
“Ocean Liner Style” hal ini mengacu pada bentuk kapal pesiar yang
pada saat itu merupakan karya manusia yang patut dibanggakan, jadi
bentukan kapal, bentuk lengkung dijadikan sebagai ekspresi
kemoderenan.
Art
Deco merepresentasikan modernisasi dunia yang begitu cepat. Ketika
gaya ini sudah menyebar luas dan sudah ada di dunia ''fashion''
di Amerika dan Eropa, kata - kata "Art Deco" sendiri tidak
dikenal. Modernistik
atau 1925
Style
yang menjadi namanya. Kata Art Deco sendiri mulai muncul dari tahun
1925
di sebuah konferensi l'Exposition
Internationale des Arts Decoratifs Industriels et Modernes
yang diadakan di Paris, Perancis[2].Kata
Art Deco termasuk terminologi yang baru pada saat itu, diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1966 dalam sebuah katalog yang diterbitkan
oleh Musée des Arts Decoratifs di Paris yang pada saat itu sedang
mengadakan pameran dengan tema “Les Années 25”. Pameran itu
bertujuan meninjau kembali pameran internasional l’Expositioan
Internationale des Arts Décoratifs Industriels et Modernes.
Sejak saat itu nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu
sedang populer dan modern. Munculnya terminologi itu pada beberapa
artikel semakin membuat nama Art Deco eksis. Art Deco semakin
mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku “Art
Deco” karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969 [3].
Dalam
perjalanannya Art Deco dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern,
antara lain Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga
mengambil ide-ide desain kuno misalnya dari Mesir, Siria dan
Persia[1].
Meskipun Art Deco terlihat seperti ultra modern, sebenarnya bisa
ditelaah kembali ke zaman kuburan Mesir kuno. Secara khusus, penemuan
kubur Raja
Tut
pada tahun 1920
membuka pintu lebar terhadap gaya ini. Garis yang tegas, warna -
warna yang kuat dan fitur - fitur arsitektural yang berbentuk zig-zag
ditambahkan ke dalam objek - objek yang diletakkan di dalam kubur
untuk menghibur dan mencerahkan raja yang sedang tertidur.
SEJARAH dari Sumber-sumber dan Atribut-atribut Art Deco
ART
DECO
Secara umum dianggap sebagai suatu bentuk eklektik dari keanggunan
dan gaya modernisme, yang dipengaruhi berbagai sumber. Diantaranya
adalah seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek Meksiko, dan juga
Abad
Mesin
atau teknologi Streamline
seperti penerbangan
moderen, Penerangan
listrik, radio,
dan bangunan
pencakar langit.
Pengaruh desain ini terlihat pada fractionated, crystalline, bentuk
facet dari dekorasi Kubisme
dan Futurism,
dalam wadah Fauvisme.
Tema populer lain dalam Art Deco adalah bentuk-bentuk bersifat
trapezoid, zigzag, geometri, dan bentuk puzzle, yang banyak terlihat
pada karya mula-mula. Sejalan dengan pengaruh-pengaruh ini,Art Deco
dikarakterkan dengan penggunaan bahan-bahan seperti aluminum,
stainless
steel,lacquer
, inlaid wood, kulit hiu (shagreen),
dan kulit zebra. Penggunaan berani dari bentuk bertingkat, sapuan
kurva (unlike the sinuous, natural curves of the Art
Nouveau),
pola-pola chevron
, dan motif pancaran
matahari
adalah tipikal dari Art Deco. Beberapa dari motif ini sering muncul
pada saat ini— contohnya, motif pancaran matahari dalam berbagai
konteks seperti sepatu wanita, radiator grilles, auditorium dari
Radio
City Music Hall,
dan puncak dari Gedung
Chrysler.
KOTA
Bandung termasuk dari sederetan kota-kota di dunia yang memiliki
Arsitektur langgam Art-Deco yang signifikan. Langgam Art Deco sangat
indah dan dapat dinikmati oleh setiap orang. Di Asia disebutkan hanya
ada tiga kota yang memiliki koleksi bangunan dan kawasan dengan
Arsitektur langgam Art-Deco, yaitu Shanghai, Bombay, dan Bandung.
Keunikan
karya Arsitektur yang satu ini adalah karena kelahiran Art-Deco
terjadi di antara dua Perang Dunia, yaitu antara tahun 1920 s.d 1939.
Periode setelah itu, yaitu sekitar tahun 1950-an, memang masih ada
karya Arsitektur yang bernafaskan Art-Deco, tetapi lebih karena
pengaruh Art Deco yang masih berlangsung. Dengan alasan sejarah karya
seni inilah, maka dirasakan perlunya satu konsensus nasional untuk
bukan saja mengamankan benda bersejarah di Bandung ini, tetapi juga
menghidupkan kembali.
Pada
masa dilahirkannya karya Arsitektur berlanggam Art Deco, tentu saja
nama itu belum ada. Yang dikenal adalah istilah Modernistic atau
Style Modern. Barulah di tahun 1960-an Bevis Hllier, seorang
sejarawan dan kritikus seni dari Inggris menggunakan istilah Art-Deco
dengan resmi.
Nama
Art Deco diilhami dari satu pameran Exposition Internationale des
Arts Decoratifs Industriale et Modernes yang diadakan di Paris pada
tahun 1925. Art Deco menunjukkan suatu istilah langgam decoratif yang
terbentuk di antara tahun 1920-1930.
Sejak
tahun 1970-an hingga kini istilah Art Deco telah diterima dengan
luas. Pada munculnya seni Art-Deco ini boleh dikatakan listrik dan
lampu tidak banyak dipakai, mengingat bahaya perang. Suatu masa
depresi yang sangat besar terjadi. Pada masa itu juga banyak
perubahan sosial, ketika wanita tidak lagi harus menggunakan corset
dan boleh merokok. Masa yang penuh dengan “kebebasan” untuk
mengekspresikan diri dan sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
Demikian pula terjadi dengan gerakan-gerakan Arsitektur.
Jadi
apa yang membedakan antara langgam Arsitektur ini dengan langgam
lainnya? Pada dasarnya karena adanya gerakan Modernisme. Gerakan ini
memenuhi konsep modernisme, yaitu tuntutan estetika menuju bentuk
sederhana. Hanya saja kelemahannya di satu pihak gerakan modernisme
membebaskan diri dari keterikatan Arsitektur Klasik, tetapi di pihak
lain membuat “ikatan” sendiri dalam bentuk konsensus
internasional (International Style).
Art
Deco menginduk pada modernisme hanya saja lebih fokus pada berbagai
variasi dekoratif dalam berbagai produk. Karakter yang paling utama
adalah bentuk Geometrik murni dan Kesederhanaan (Simplicity);
acapkali dengan warna-warna cemerlang dan bentuk sederhana untuk
merayakan hadirnya dunia komersial dan teknologi. Dari sinilah lahir
Art Deco yang menjadi penanda jaman dalam bentuk-bentuk Arsitektur
yang anggun.
Sesuai
dengan klasifikasi yang ada; arsitektur langgam Art-Deco dibedakan
menjadi empat, yaitu Floral Deco , Streamline Deco, Zigzag Deco, dan
Neo-Classicael Deco. Di Indonesia, banyak dikenal dua langgam yang
pertama disebut pertama; jarang didapati corak ketiga dan keempat.
Karya
Arsitektur langgam Art Deco di Bandung terlihat dua macam mainstream;
yaitu yang penuh dengan inovasi seni dekoratif, antara lain diwakili
oleh Gereja Katedral St. Petrus (1922), Gereja Bethel (1925), Hotel
Preanger (1929), Vila Isola (1932), dirancang oleh CP Wolff
Schoemaker. Yang kedua, yaitu yang memanfaatkan dekorasi florel;
jumlah bangunan seperti ini saat ini paling besar di Bandung. Yang
ketiga yang mengutamakan fasade streamline, yaitu Hotel Homann
(1931), Bank Pembangunan Daerah, Villa Tiga Warna dan Vila Dago Thee
dirancang oleh A.F. Albers antara tahun 1931 s.d 1938.
Seluruh
karya arsitek Belanda di Bandung ini menjadi Penanda zaman. Yang
paling menonjol dalam konsep mereka adalah pemikiran hadirnya
bangunan-bangunan tersebut di Bandung, sebagai daerah beriklim
tropis; sehingga respons terhadap iklim itu sangat terasa terlihat
dalam orientasi bangunan dan bentuknya yang mereka sebut tropische
art deco.
Popularitas
Art Deco merupakan spirit dan semangat yang menjiwai karya-karya
arsitektur pada masa kini. Dapat diramalkan Arsitektur langgam
Art-Deco ini menjadi daya tarik yang makin besar. Art Deco Look akan
menjadi gerakan “lama” yang baru dan menjadi pendorong bagi
investor untuk menghasilkan karya-karya yang dapat dinikmati oleh
masyarakat Kota Bandung dan masyarakat yang lebih luas.
Spektrum Art Deco
Art
Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir
sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang,
misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian,
perhiasan dan lain-lain. Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi
oleh berbagai macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan
Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya
dari Mesir, Siria dan Persia. Seniman Art Deco banyak bereksperimen
dengan memakai teknik baru dan material baru, misalnya metal, kaca,
bakelit serta plastik dan menggabungkannya dengan penemuan-penemuan
baru saat itu, lampu misalnya, karya-karya mereka memakai warna-warna
yang kuat serta bentuk-bentuk abstrak dan geometris misalnya bentuk
tangga, segitiga dan lingkaran terbuka, tetapi mereka kadang masih
menggunakan motif-motif tumbuhan dan figur, tetapi motif-motif
tersebut cenderung mempunyai bentuk yang geometris. Komposisi
elemen-elemennya mayoritas dalam format yang sederhana.
Asal usul Nama Art Deco
Ungkapan Art Deco diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Décoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema „Les Années 25“ yang bertujuan untuk meninjau kembali pameran internasional „Exposition Internationale des Arts Décoratifs et Industriels Modernes“ yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Sejak saat itu nama Art Deco menjadi dikenal dan semakin populer dengan munculnya beberapa artikel dalam media cetak. Pada tanggal 2 November 1966 artikel yang berjudul „Art Deco“ dimuat di The Times, setahun kemudian artikel „Les Arts Déco“ dari Van Dongen, Chanel dan André Groult furniture dimuat dalam majalah Elle. Ungkapan Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku „Art Deco“ karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969. Jadi sebelum tahun 1966, masyarakat belum mengenal nama Art Deco dan menamai seni yang populer di antara kedua perang dunia itu sebagai seni modern.
Asal usul Nama Art Deco
Ungkapan Art Deco diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Décoratifs di Paris yang pada saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema „Les Années 25“ yang bertujuan untuk meninjau kembali pameran internasional „Exposition Internationale des Arts Décoratifs et Industriels Modernes“ yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Sejak saat itu nama Art Deco menjadi dikenal dan semakin populer dengan munculnya beberapa artikel dalam media cetak. Pada tanggal 2 November 1966 artikel yang berjudul „Art Deco“ dimuat di The Times, setahun kemudian artikel „Les Arts Déco“ dari Van Dongen, Chanel dan André Groult furniture dimuat dalam majalah Elle. Ungkapan Art Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan dipublikasikannya buku „Art Deco“ karangan Bevis Hillier di Amerika pada tahun 1969. Jadi sebelum tahun 1966, masyarakat belum mengenal nama Art Deco dan menamai seni yang populer di antara kedua perang dunia itu sebagai seni modern.
Latar
Belakang Munculnya Art Deco
Revolusi
Industri
Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, adalah kurun waktu di saat masyarakat dunia diliputi oleh berbagai macam konflik. Konflik-konflik ini muncul sebagai akibat dari Revolusi Industri yang menciptakan pergeseran sosial, berbagai macam pengetahuan dan teknologi baru membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Keadaan sosial masyarakat berubah, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industrial. Kekuatan mesin menggantikan tenaga manusia yang sangat terbatas. Apa yang masyarakat lihat dan dengar berubah secara cepat. Barang-barang untuk keperluan hidup sehari-hari mulai banyak diproduksi oleh mesin dan secara massal. Meskipun demikian tidak semua masyarakat menerima dan menyukai barang-barang yang diproduksi oleh mesin, banyak yang masih menyukai hasil kerajinan tangan dengan seni tradisional. Barang-barang produksi mesin tidak seindah hasil kerajinan tangan meskipun harganya tidak mahal tapi tidak banyak peminatnya, sebaliknya barang-barang kerajinan tangan sangat tinggi mutunya, indah dan personal tapi mahal harganya. Revolusi Industri juga membawa perubahan pada Arsitektur. Selama berabad-abad arsitek hanya mengkonsentrasikan karyanya pada bangunan-bangunan ibadah, kastil, istana dan rumah para bangsawan. Setelah adanya Revolusi Industri diperlukan suatu tipologi bangunan yang berbeda dari abad sebelumnya, misalnya, pabrik, stasiun, bangunan perdagangan, bangunan perkantoran, perumahan dan lain lain. Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi meningkat pula jumlah pabrik, agar distribusi menjadi lancar, dibuat jalan-jalan raya penghubung antarkota dan negara, diciptakan pula alat transportasi modern, misalnya mobil, kereta, kapal dan pesawat. Sehingga pada jaman itu muncul konsepsi-konsepsi baru tentang iklan, fotografi, produksi massal dan kecepatan/laju.
Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, adalah kurun waktu di saat masyarakat dunia diliputi oleh berbagai macam konflik. Konflik-konflik ini muncul sebagai akibat dari Revolusi Industri yang menciptakan pergeseran sosial, berbagai macam pengetahuan dan teknologi baru membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Keadaan sosial masyarakat berubah, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industrial. Kekuatan mesin menggantikan tenaga manusia yang sangat terbatas. Apa yang masyarakat lihat dan dengar berubah secara cepat. Barang-barang untuk keperluan hidup sehari-hari mulai banyak diproduksi oleh mesin dan secara massal. Meskipun demikian tidak semua masyarakat menerima dan menyukai barang-barang yang diproduksi oleh mesin, banyak yang masih menyukai hasil kerajinan tangan dengan seni tradisional. Barang-barang produksi mesin tidak seindah hasil kerajinan tangan meskipun harganya tidak mahal tapi tidak banyak peminatnya, sebaliknya barang-barang kerajinan tangan sangat tinggi mutunya, indah dan personal tapi mahal harganya. Revolusi Industri juga membawa perubahan pada Arsitektur. Selama berabad-abad arsitek hanya mengkonsentrasikan karyanya pada bangunan-bangunan ibadah, kastil, istana dan rumah para bangsawan. Setelah adanya Revolusi Industri diperlukan suatu tipologi bangunan yang berbeda dari abad sebelumnya, misalnya, pabrik, stasiun, bangunan perdagangan, bangunan perkantoran, perumahan dan lain lain. Seiring dengan meningkatnya jumlah produksi meningkat pula jumlah pabrik, agar distribusi menjadi lancar, dibuat jalan-jalan raya penghubung antarkota dan negara, diciptakan pula alat transportasi modern, misalnya mobil, kereta, kapal dan pesawat. Sehingga pada jaman itu muncul konsepsi-konsepsi baru tentang iklan, fotografi, produksi massal dan kecepatan/laju.
Perang
Dunia I
Perang Dunia I yang berlangsung di Eropa pada tahun 1914-1918 menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang besar. Setelah perang berakhir, masyarakat sibuk menata kembali lingkungannya, membangun kembali tempat tinggalnya dan mereka memerlukan berbagai macam peralatan rumah tangga, perhiasan, pakaian, keramik dan lain-lain, hal ini memberikan kesempatan kepada para seniman untuk bereksperimen dan memberikan semangat kepada mereka untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru. Barang-barang yang diperlukan masyarakat adalah yang modern dan fungsional. Art Nouveau suatu gerakan seni yang popular pada tahun 1894-1914 tidak lagi bisa bertahan lama karena hasil karya mereka kurang fungsional, penuh dekorasi dan harganya sangat mahal.
Perang Dunia I yang berlangsung di Eropa pada tahun 1914-1918 menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang besar. Setelah perang berakhir, masyarakat sibuk menata kembali lingkungannya, membangun kembali tempat tinggalnya dan mereka memerlukan berbagai macam peralatan rumah tangga, perhiasan, pakaian, keramik dan lain-lain, hal ini memberikan kesempatan kepada para seniman untuk bereksperimen dan memberikan semangat kepada mereka untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru. Barang-barang yang diperlukan masyarakat adalah yang modern dan fungsional. Art Nouveau suatu gerakan seni yang popular pada tahun 1894-1914 tidak lagi bisa bertahan lama karena hasil karya mereka kurang fungsional, penuh dekorasi dan harganya sangat mahal.
Usaha-usaha
Mencari Solusi Permasalahan
Seni modern yang muncul pada awal abad ke 20 ini merefleksikan sensasi yang dialami pada waktu itu. Para seniman mencari pemecahan atas konflik yang timbul dengan menciptakan suatu gaya yang dapat merangkul selera semua lapisan masyarakat. Sekolah-sekolah seni dan pameran pameran seni adalah tempat yang dipakai oleh para seniman untuk bertukar pikiran dan menciptakan ide-ide baru. Pengenalan terhadap material baru seperti plastik, bakelit, kaca dan krom mengharuskan para seniman mencari cara dan gaya sehingga material tersebut dapat diolah dan diproduksi secara massal. Adapula yang meniru rancangan-rancangan lama yang disukai dan terbilang mewah karena berasal dari material yang langka dan biasanya dikerjakan oleh pengrajin, tujuan meniru tersebut agar hasil karya itu bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pengertian bahwa dengan desain yang bagus dapat menaikkan omset penjualan sudah dikenal oleh para seniman dan pengusaha, hal ini membuat mereka berpikir bagaimana menghasilkan barang dengan desain yang bagus, artinya sesuai dengan selera pasar dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Usaha-usaha pencarian desain yang sesuai dengan selera masyarakat dapat dilihat dalam keragaman hasil rancangan para seniman tersebut.
Seni modern yang muncul pada awal abad ke 20 ini merefleksikan sensasi yang dialami pada waktu itu. Para seniman mencari pemecahan atas konflik yang timbul dengan menciptakan suatu gaya yang dapat merangkul selera semua lapisan masyarakat. Sekolah-sekolah seni dan pameran pameran seni adalah tempat yang dipakai oleh para seniman untuk bertukar pikiran dan menciptakan ide-ide baru. Pengenalan terhadap material baru seperti plastik, bakelit, kaca dan krom mengharuskan para seniman mencari cara dan gaya sehingga material tersebut dapat diolah dan diproduksi secara massal. Adapula yang meniru rancangan-rancangan lama yang disukai dan terbilang mewah karena berasal dari material yang langka dan biasanya dikerjakan oleh pengrajin, tujuan meniru tersebut agar hasil karya itu bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pengertian bahwa dengan desain yang bagus dapat menaikkan omset penjualan sudah dikenal oleh para seniman dan pengusaha, hal ini membuat mereka berpikir bagaimana menghasilkan barang dengan desain yang bagus, artinya sesuai dengan selera pasar dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Usaha-usaha pencarian desain yang sesuai dengan selera masyarakat dapat dilihat dalam keragaman hasil rancangan para seniman tersebut.
Sekilas
Tentang Art Deco
Art
Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir
sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang,
misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian,
perhiasan dan lain-lain. Dalam perjalanannya Art Deco dipengaruhi
oleh berbagai macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan
Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno misalnya
dari Mesir, Siria dan Persia. Seniman Art Deco banyak bereksperimen
dengan memakai teknik baru dan material baru, misalnya metal, kaca,
bakelit serta plastik dan menggabungkannya dengan penemuan-penemuan
baru saat itu, lampu misalnya, karya-karya mereka memakai warna-warna
yang kuat serta bentuk-bentuk abstrak dan geometris misalnya bentuk
tangga, segitiga dan lingkaran terbuka, tetapi mereka kadang masih
menggunakan motif-motif tumbuhan dan figur, tetapi motif-motif
tersebut cenderung mempunyai bentuk yang geometris. Komposisi
elemen-elemennya mayoritas dalam format yang sederhana.
Asal
usul Nama Art Deco
Ungkapan
Art Deco diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam katalog
yang diterbitkan oleh Musée des Arts Décoratifs di Paris yang pada
saat itu sedang mengadakan pameran dengan tema „Les Années 25“
yang bertujuan untuk meninjau kembali pameran internasional
„Exposition Internationale des Arts Décoratifs et Industriels
Modernes“ yang diselenggarakan pada tahun 1925 di Paris. Sejak saat
itu nama Art Deco menjadi dikenal dan semakin populer dengan
munculnya beberapa artikel dalam media cetak. Pada tanggal 2 November
1966 artikel yang berjudul „Art Deco“ dimuat di The Times,
setahun kemudian artikel „Les Arts Déco“ dari Van Dongen, Chanel
dan André Groult furniture dimuat dalam majalah Elle. Ungkapan Art
Deco semakin mendapat tempat dalam dunia seni dengan
dipublikasikannya buku „Art Deco“ karangan Bevis Hillier di
Amerika pada tahun 1969. Jadi sebelum tahun 1966, masyarakat belum
mengenal nama Art Deco dan menamai seni yang populer di antara kedua
perang dunia itu sebagai seni „modern“.
Spektrum
Art Deco, Sekilas Kapal Normandie
Pengaruh Art Deco meresap ke segala bidang, hal ini dapat dilihat pada karya kapal Normandie. Dengan adanya penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang perkapalan, transportasi laut pada saat itu maju dengan pesat, terbukti dengan selesai dirakitnya kapal layar Normandie pada tahun 1935, yang mempunyai panjang 313 M. Kapal layar Normandie yang pada saat itu adalah kapal terbesar dan tercepat dengan interiornya yang mewah merupakan lambang kebanggaan rakyat Perancis, karena data-data teknis yang dipunyai, kapal layar tersebut berhak memakai tanda “Blue Band” yaitu sebuah simbol yang melambangkan kapal layar tercepat di Atlantik utara. Dalam interior kapal layar Normandie banyak dijumpai karya-karya seniman Art Deco Perancis, seperti misalnya Perusahaan Daum (di kota Nancy), Sabino dan René Lalique yang merancang barang-barang dengan bahan dari kaca, mereka merancang cawan sampanye, pemanas ruangan, lampu di ruang makan sampai kolam kaca dengan air terjunnya. Perusahaan Jules Leleu, Ala-voine dan perusahaan interior Dominique merancang tata letak dan mebelnya. Christofle merancang semua barang-barang yang dibuat dari bahan dasar emas dan perak, Roger dan Gallet merancang parfum, Raymond Subes merancang barang-barang dari logam, Jean Puiforcat merancang peralatan makan, sedangkan hiasan-hiasan tambahan seperti patung, relief-relief dirancang oleh Léon Drivier, Pierre Poisson, Saupique, Pommier, Delamarre, Bouchard, Baudry dan Dejean. Meskipun banyak ahli interior dan dekorator yang ikut berperan dalam penataan ruang dan dekorasinya, misalnya Leleu, Montagnac, Dominique, Follot, Simon, Laprade, Pascaud, Süe, Prou, Domin, hasilnya tidak bertabrakan satu sama lain karena semuanya sudah direncanakan dengan seksama. Oleh karena itu tidak berlebihan bila kapal layar Normandie dinamai dengan pameran berjalan, karena banyaknya seniman Art Deco yang ikut andil serta beragamnya barang-barang yang dirancang. Dari gambaran ini terlihat bahwa spektrum Art Deco mencapai berbagai macam bidang.
Pengaruh Art Deco meresap ke segala bidang, hal ini dapat dilihat pada karya kapal Normandie. Dengan adanya penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang perkapalan, transportasi laut pada saat itu maju dengan pesat, terbukti dengan selesai dirakitnya kapal layar Normandie pada tahun 1935, yang mempunyai panjang 313 M. Kapal layar Normandie yang pada saat itu adalah kapal terbesar dan tercepat dengan interiornya yang mewah merupakan lambang kebanggaan rakyat Perancis, karena data-data teknis yang dipunyai, kapal layar tersebut berhak memakai tanda “Blue Band” yaitu sebuah simbol yang melambangkan kapal layar tercepat di Atlantik utara. Dalam interior kapal layar Normandie banyak dijumpai karya-karya seniman Art Deco Perancis, seperti misalnya Perusahaan Daum (di kota Nancy), Sabino dan René Lalique yang merancang barang-barang dengan bahan dari kaca, mereka merancang cawan sampanye, pemanas ruangan, lampu di ruang makan sampai kolam kaca dengan air terjunnya. Perusahaan Jules Leleu, Ala-voine dan perusahaan interior Dominique merancang tata letak dan mebelnya. Christofle merancang semua barang-barang yang dibuat dari bahan dasar emas dan perak, Roger dan Gallet merancang parfum, Raymond Subes merancang barang-barang dari logam, Jean Puiforcat merancang peralatan makan, sedangkan hiasan-hiasan tambahan seperti patung, relief-relief dirancang oleh Léon Drivier, Pierre Poisson, Saupique, Pommier, Delamarre, Bouchard, Baudry dan Dejean. Meskipun banyak ahli interior dan dekorator yang ikut berperan dalam penataan ruang dan dekorasinya, misalnya Leleu, Montagnac, Dominique, Follot, Simon, Laprade, Pascaud, Süe, Prou, Domin, hasilnya tidak bertabrakan satu sama lain karena semuanya sudah direncanakan dengan seksama. Oleh karena itu tidak berlebihan bila kapal layar Normandie dinamai dengan pameran berjalan, karena banyaknya seniman Art Deco yang ikut andil serta beragamnya barang-barang yang dirancang. Dari gambaran ini terlihat bahwa spektrum Art Deco mencapai berbagai macam bidang.
Para
Seniman Art Deco
Telah kita ketahui bahwa Art Deco berkembang dengan baik pada tahun-tahun setelah terjadinya perang dunia pertama dan sebelum meletusnya perang dunia kedua. Tetapi dapat dikatakan bahwa Art Deco yang orisinal lahir pada awal tahun-tahun setelah berakhirnya perang dunia pertama, saat para seniman sedang bereksperimen mencari perspektif baru dengan menolak menggunakan ornamen yang identik dengan Art Nouveau, mereka seolah-olah ingin memutuskan diri dengan gaya Art Nouveau. Di samping menggunakan lagi ornamen-ornamen historis, mereka saling bertukar pikiran untuk berbagi inspirasi. Untuk menggabungkan kesemuanya itu, mereka menggunakan pendekatan eklektik. Para seniman dari berbagai media dengan cepat mengadopsi gaya yang spektakuler ini. Poster, perhiasan, mebel, keramik, patung, lukisan, pekerjaan dari metal bahkan pakaian ikut memeriahkan seni modern yang sedang populer pada saat itu.
Telah kita ketahui bahwa Art Deco berkembang dengan baik pada tahun-tahun setelah terjadinya perang dunia pertama dan sebelum meletusnya perang dunia kedua. Tetapi dapat dikatakan bahwa Art Deco yang orisinal lahir pada awal tahun-tahun setelah berakhirnya perang dunia pertama, saat para seniman sedang bereksperimen mencari perspektif baru dengan menolak menggunakan ornamen yang identik dengan Art Nouveau, mereka seolah-olah ingin memutuskan diri dengan gaya Art Nouveau. Di samping menggunakan lagi ornamen-ornamen historis, mereka saling bertukar pikiran untuk berbagi inspirasi. Untuk menggabungkan kesemuanya itu, mereka menggunakan pendekatan eklektik. Para seniman dari berbagai media dengan cepat mengadopsi gaya yang spektakuler ini. Poster, perhiasan, mebel, keramik, patung, lukisan, pekerjaan dari metal bahkan pakaian ikut memeriahkan seni modern yang sedang populer pada saat itu.
Beberapa
desainer sangat identik dengan Art Deco, misalnya Jaques-Emile
Ruhlmann yang dikenal sebagai master Art Deco melalui karya mebelnya
yang hampir selalu memakai material mahal. Desainer mebel lain
misalnya Paul Follot, Pierre Chareau, Clement Rousseau, tim desain
Süe et Mare (Louis Süe and André Mare) serta Eileen Gray. Rene
Lalique dikenal dengan hiasan dari kaca dan desain perhiasannya,
Susie Cooper dan Clarice Cliff terkenal dengan keramiknya, Jean
Puiforcat dengan perak dan pekerjaan metalnya, Paul Poiret terkenal
dengan motif tekstilnya, dan A.M Cassandre dikenal dengan
poster-posternya.
Desainer
Art Deco terbagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah
desainer yang mengkonsentrasikan diri pada desain yang individual dan
dikerjakan dengan kemampuan pekerjaan tangan yang tinggi, rancangan
tersebut hanya dapat dibeli oleh kalangan atas, sedangkan kelompok
lainnya adalah kelompok desainer yang mengutamakan desain berbentuk
geometri dengan berdasarkan pada pertimbangan fungsional.
Beberapa
desainer Art Deco yang menciptakan barang-barang untuk masyarakat
banyak misalnya Susie (Susan Vera) Cooper (1902-1995) yang terkenal
tidak saja sebagai desainer tetapi juga sebagai produser keramik.
Ketertarikannya pada keramik ditekuninya sejak tahun 1922. Pada
awalnya ia bekerja pada A. E. Gray & Co. Tujuh tahun kemudian ia
mendirikan studio serta pabriknya yang memproduksi peralatan makan
dan peralatan minum teh untuk masyarakat kelas menengah. Desainer Art
Deco lainnya yang berusaha memproduksi barang-barang untuk masyarakat
luas adalah René Lalique (1860-1945). René Lalique selain dikenal
sebagai desainer perhiasan dikenal juga sebagai desainer glass/kaca.
Ia mengawali karirnya sebagai desainer perhiasan Art Nouveau yang
sangat inovatif. Pada awal abad ke 20 ia mengalihkan perhatiannya
pada material glass/kaca, ia merintis teknik-teknik memproduksi
glass/kaca secara massal dalam pabriknya. Ia mendesain berbagai macam
jenis barang, misalnya botol parfum, lampu, vas, peralatan makan,
patung dan perhiasan dari kaca.
Dari
pakaian, perhiasan, poster sampai perabot dan peralatan rumah tangga,
semua karya-karya ini memeriahkan dunia Art Deco, para seniman yang
menghasilkannya berasal dari berbagai latar belakang. Mereka mencoba
menghadirkan karya-karya yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat
itu ditengah perubahan jaman. Partisipasi masyarakat luaslah yang
membuat seni ini menjadi spektakuler.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar